Penyelenggaraan program pelatihan bertajuk “Training Future Leader Indonesia: Youth Leadership Training Towards Sustainable Landscape for Future Indonesia” ini berangkat dari keprihatinan sekalangan akademisi dan aktivis tentang kualifikasi kepemimpinan bangsa yang semakin jauh dari nilai- nilai keutamaan dan praktik-praktik kepublikan bagi kemaslahatan hidup warga negara. Alih-alih memenuhi “janji publik’nya, kepemimpinan publik semakin tersandera dalam pusaran kuasa “fundamentalisme politik” (problem otoritarianisme), “fundamentalisme agama” (problem populisme), dan “fundamentalisme pasar” (problem kapitalisme dan komodifikasi seluruh sektor kehidupan warga negara).
Program ini ditempuh untuk menciptakan ruang pembelajaran alternatif yang lebih bersifat kolektif-kolegial bagi para mahasiswa yang aktif berorganisasi yang bersifat transdisipliner, mulai dari lintas jurusan, fakultas, dan universitas maupun basis identitas yang beragam (etnis, agama, ras, dan golongan). Pembelajaran alternatif ini berfungsi untuk memperkuat idealisme, kapasitas, dan kapabilitasnya sebagai intelektual, untuk menginspirasi calon pemimpin masa depan yang kritis dan emansipatoris, dan untuk melahirkan suatu jejaring gerakan intelektual muda yang melek politik kewargaan dan memiliki keberpihakan terhadap nilai-nilai keadilan sosial dan kemanusiaan dalam
bingkai ke-Indonesia-an.
Berbasis pada kerangka pemikiran tersebut, maka berikut ini adalah tiga tujuan pokok pelatihan: pertama, terwujudnya model pedagogi kritis yang aktual dan menjawab berbagai persoalan dan kebuntuan sistem pendidikan Indonesia saat ini; kedua, terbentuknya subyek intelektual muda dan calon-calon pemimpin masa depan yang lebih visioner, hegemonik, inklusif (baca: melek politik kewargaan dan mampu melampaui cangkang primordialisme), cerdas, kritis, emansipatoris, untuk merawat dan menghidupi ke-Indonesia-an sebagai “rumah bersama”; ketiga, terbentuknya jejaring gerakan kader intelektual muda dan calon-calon pemimpin masa depan potensial dari lintas disiplin keilmuan, universitas, latar belakang identitas dan kedaerahan dari seluruh Indonesia.
Materi yang diberikan selama pelatihan yaitu diri-sosial dan pedagogi kritis, transdisipliner dan keberlanjutan: sebuah pendekatan, demokrasi dan politik kewargaan, pluralisme dan promosi perdamaian, interkonektivitas: kemanusiaan dan sains, jejaring sosial: lobi dan negosiasi, inklusi sosial, lanskap berkelanjutan, politik bahasa kaum muda: menuju pembebasan, serta refleksi diri.