CTSS IPB University ajak Pemuda Peduli Serangga Penyerbuk
Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University menggelar pelatihan iNaturalis untuk serangga penyerbuk Indonesia, 20/11. Pelatihan ini diberikan bagi pemuda yang mimiliki minat terhadap serangga penyerbuk. Pelatihan ini merupakan kerjasama antara CTSS IPB University dengan Perhimpunan Entomologi Indonesia dan mendapat dukungan dari Syngenta,
Profesor Damayanti Buchori, Kepala CTSS IPB University menjelaskan, pelatihan ini berusaha mengajak pemuda untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap serangga penyerbuk di Indonesia. “Kalau kita perhatikan, serangga penyerbuk ini beragam, ada lebah, kupu-kupu dan kumbang, tetapi pelatihan ini hanya difokuskan pada kupu-kupu dan lebah,” terang Prof Damayanti Buchori.
Pakar ekologi serangga dari IPB University itu mengatakan, pelatihan ini juga berusaha mengenalkan aplikasi iNaturalist bagi pemuda. Ia menyebut, aplikasi ini dapat membantu mengidentifikasi organisme sekaligus mengupload gambarnya sehingga dapat terbangun database.
Lebih lanjut, Prof Damayanti mengaku, serangga yang dipilih merupakan serangga penyerbuk karena kehidupan saat ini ditopang oleh tanaman yang 75 persen diserbuki oleh serangga penyerbuk. Pada saat yang sama, katanya, serangga penyerbuk ini keberadaannya sedang terancam.
“Serangga penyerbuk saat ini keberadaannya sedang terancam, dari climate change, perubahan tata guna lahan, penggunaan pestisida, dan berbagai faktor lainnya,” terang Prof Damayanti Buchori.
Dengan pelatihan ini, kata Prof Damayanti, ke depannya dapat terbentuk sebuah komunitas pemerhati serangga penyerbuk, terutama dari kalangan anak muda. Ia berharap, melalui komunitas ini dapat meningkatkan upaya konservasi serangga penyerbuk di Indonesia.
Pelatihan ini turut mengundang Dr Dewi Sartiami (dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman), Dr Mirza Dikari Kusrini (dosen IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata), Windra Priawandiputra (dosen IPB University dari Departemen Biologi) dan Naufal Urfi Dhiya’ulhaq.
Dalam pemaparannya, Dr Dewi Sartiami menjelaskan bahwa penyerbukan tanaman oleh hewan didominasi oleh serangga. Bahkan, serangga mampu menciptakan fondasi biologi bagi semua ekosistem.
“Selain sebagai penyerbuk, serangga juga berperan mempertahankan struktur dan fertilitas tanah, mengendalikan populasi organisme lain dan menyediakan sumber makanan yang sangat besar bagi taksa lain,” kata Dr Dewi Sartiami, Sekretaris Departemen Proteksi Tanaman IPB University.
Lebih lanjut, Dr Dewi menjelaskan, identifikasi serangga seperti kupu-kupu dapat dilihat berdasarkan karakter morfologinya terutama dari venasi sayap. Ia menyebut, venasi sayap menunjukkan pengaturan jumlah dan posisi pembuluh darah pada sayap.
“Variasi dalam pola venasi sayap merupakan salah satu karakteristik yang digunakan untuk mengklasifikasikan serangga ke dalam famili atau bahkan genus tertentu dalam ordo serangga,” pungkas Dr Dewi.
Pada kesempatan yang sama, Dr Mirza Dikari Kusrini mengenalkan aplikasi iNaturalist dalam proses identifikasi dan inventarisasi organisme termasuk serangga. Ia menyebut aplikasi iNaturalist seperti media sosial lainnya.
“Aplikasi ini hanya menyatakan keberadaan (presence) suatu organisme, jadi kalau kita upload gambar, maka user yang memakai aplikasi ini yang akan membantu mengidentifikasi organisme tersebut,” kata Dr Mirza.
Melalui aplikasi ini, katanya, dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan sains dan konservasi satwa. Dosen IPB University menyebut, dengan menggunakan aplikasi iNaturalist, masyarakat dapat membantu menginventarisasi satwa sehingga dapat mendukung upaya konservasi.
“Sains warga menjadi salah satu alat untuk mendapatkan data, salah satu yang bisa digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah aplikasi iNaturalist,” pungkas Dr Mirza.
Keyword: konservasi serangga, serangga penyerbuk, konservasi, iNaturalist, sains warga
Kategori: SDGs-4, SDGs-15,