Center for Transdisciplinary and Sustaiability Science (CTSS) IPB menyelenggarakan Focused Group Discussion (FGD) di Hotel Sala View, 17/3. FGD tersebut membahas topik Efektifitas SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) di Hutan Rakyat. Kegiatan FGD dilakukan sehubungan dengan riset kerja sama antara CTSS IPB dan Chatham House – United Kingdom terkait studi efektivitas implementasi SVLK (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) di Indonesia.
Kegiatan FGD dihadiri 25 peserta yang merupakan para petani hutan rakyat asal Solo Raya (Kabupaten Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Klaten, Sukoharjo, Boyolali), akademisi dari Program Studi Kehutanan Universitas Sebelas Maret (UNS), serta wakil dari Cabang Dinas Kehutanan Wilayah X Solo Provinsi Jawa Tengah (CDK X Solo). Para petani yang hadir pun variatif, laki-laki – perempuan, tua – muda, dari kelompok tani yang sudah memperoleh SVLK sampai petani yang belum mendapat SVLK, bahkan ada yang tidak tahu tentang SVLK. SVLK sendiri merupakan sistem verifikasi legalitas kayu untuk memastikan produk kayu dan bahan bakunya diperoleh dari sumber yang asal-usulnya dan pengelolaannya terbukti memenuhi semua persyaratan legal yang berlaku.
Kegiatan diawali dengan pengenalan tim dan maksud tujuan penyelenggaraan FGD oleh anggota tim, Fitta Setiajiati, MSi dan langsung dilanjutkan dengan pemaparan hasil kajian sementara oleh ketua, Prof. Bramasto Nugroho. Tim riset CTSS-IPB memang telah mengumpulkan data primer sementara tentang efektivitas SVLK melalui wawancara dan survei kuesioner. Paparan ini dimaksudkan sebagai pemantik diskusi agar para peserta bisa mencermati, mengkritisi, dan juga memberi tanggapan atas temuan tersebut..
Sesi berikutnya adalah diskusi terbuka yang dimoderatori oleh advisory board riset, Prof. Sudarsono Soedomo. Proses diskusi berlangsung menarik, para peserta secara bergantian memberi kesaksian atas proses dan dampak dari SVLK, sehingga banyak data dan fakta lapangan baru yang terungkap. Dengan kesempatan FGD ini, para petani pun menyampaikan kebutuhan yang mendesak bagi para petani saat ini. Petani sering kali menghadapi kendala serangan penyakit pada sengon yang mempengaruhi kualitas. Di samping itu, pemasaran umumnya melalui tengkulak dengan posisi tawar petani yang lemah. Para tengkulak biasanya mempunya kuasa sebagai pembuat harga. Hasil FGD ini sangat penting untuk memperkaya data bagi studi ini, dan bisa menjadi masukan bagi peserta dari pemerintah CDK X Solo dan akademisi dari UNS dalam merumuskan kegiatan terkait pengembangan hutan rakyat di wilayah Solo Raya.
Untuk mengkonfirmasi atas pengakuan para petani, tim riset melanjutkan kegiatan kunjungan lapang hutan rakyat di Desa Tohkuning, Kabupaten Karanganyar pada keesokan harinya. Hutan rakyat di sana merupakah salah satu contoh hutan rakyat yang mendapat SVLK. Pada kegiatan ini, tim riset juga didampingi oleh penyuluh kehutanan dan akademisi dari UNS yang sebelumnya berpartisipasi dalam FGD, Prof. Supriyanto dan Dwi Aprianto, MSi. Berdiskusi dengan ketua kelompok tani dan tengkulak, tim riset CTSS-IPB berhasil menangkap kegundahan para petani hutan rakyat yang sesungguhnya. Apakah SVLK bisa menjadi solusi atas kegundahan para petani? Atau menjadi salah satu beban atas kegundahan tersebut?
Kegiatan riset ini masih terus berlangsung dengan penguatan dan metode pengumpulan data yang lebih efektif dan akurat. Rencana Workshop Nasional yang kedua juga akan segera dilaksanakan sebagai tindak lanjut atas riset ini.