Transdisiplin dan sistem thinking, dua pendekatan yang saling melengkapi dalam memahami dan mengatasi masalah kompleks. Konsep Gunung S System Thinking dijelaskan sebagai cara memahami suatu sistem dengan empat lapisan utama:
Event → Kejadian yang tampak di permukaan.
Pattern → Pola berulang yang muncul dari berbagai kejadian.
System & Structure → Struktur yang membentuk dan mengatur pola tersebut.
Mental Model → Asumsi, keyakinan, dan paradigma yang menjadi dasar dari sistem yang ada.
Pendekatan ini membantu dalam melihat akar permasalahan dan menghindari reaksi spontan terhadap suatu kejadian tanpa memahami penyebab yang lebih dalam. Transdisiplin didefinisikan sebagai pendekatan yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk menghasilkan solusi inovatif. Dalam konteks ini, tiga jenis pengetahuan utama dijelaskan:
System Knowledge → Memahami kondisi sistem saat ini.
Target Knowledge → Menentukan kondisi ideal atau tujuan sistem.
Transformation Knowledge → Merancang strategi perubahan dari kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan.
Pendekatan ini relevan dalam berbagai isu global, seperti kemiskinan dan perubahan iklim, yang memerlukan pemahaman sistemik dan solusi berbasis kolaborasi lintas bidang. Aksioma Transdisiplin: Multiple Realities & Interconnectedness Pembicara juga mengangkat tiga aksioma penting dalam transdisiplin:
Multiple Realities → Realitas bersifat jamak dan dapat bervariasi tergantung perspektif individu.
Seamless Transition → Kemampuan berpindah antar-realitas untuk memahami masalah dari berbagai sudut pandang.
Interconnectedness → Semua elemen dalam sistem saling berhubungan dan membentuk jaringan kompleks.
Pendekatan ini mendorong penciptaan Collective Wisdom, yaitu kebijaksanaan kolektif yang dihasilkan dari kolaborasi berbagai individu dan disiplin ilmu. Dari sini, lahirlah Collective Knowledge, yang menjadi dasar untuk merancang ulang sistem dan menciptakan emerging properties atau inovasi baru yang lebih adaptif.
#tansdisiplin #kompleksitas #interconnectedness #sustainablescience