Prof Ani Mardiastuti, Board CTSS IPB University, turut memberikan komentar terkait peluncuran laporan he Economics of Biodiversity: The Dasgupta Review. Ia mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan megabiodiversity juga mengalami fenomena penurunan biodiversitas.
Baru-baru ini, Prof Partha Dasgupta dari Cambridge University merilis sebuah laporan berjudul The Economics of Biodiversity: The Dasgupta Review. Pada laporan tersebut, Prof Dasgupta mengingatkan bahwa kondisi biodiversitas di dunia semakin merosot tajam. Oleh karena itu, masa depan mungkin tidak mampu menunjang kehidupan manusia. Pasalnya, konsumsi manusia melebihi ketersediaan sumberdaya yang disediakan oleh alam.
Di samping itu, Prof Dasgupta menyebut bahwa kemunculan COVID-19 terjadi akibat menurunnya biodiversitas di alam. Prof Dasgupta menyarankan perubahan transformatif untuk mencegah kerusakan biodiversitas lebih parah. Perubahan transformatif ini harus didukung oleh pemerintah maupun masyarakat luas.
“Saya rasa Indonesia telah berusaha keras untuk melindungi alamnya. Terutama, dalam pemeliharaan biodiversitas yang dimiliki dengan berbagai cara,” ujar Prof Ani, Board CTSS IPB University.
Beberapa usaha yang sudah dilakukan untuk memelihara biodiversitas di Indonesia antara lain, pemerintah telah membuat list spesies terancam punah untuk dilindungi, melakukan moratorium terhadap konversi hutan hujan tropis, melakukan restorasi terhadap kawasan hutan yang terdeforestrasi dan mempromosikan energi ramah lingkungan.
“Kita belum terlambat untuk menyelamatkan berbagai biodiversitas yang kita miliki. Kita juga masih bisa mempersiapkan cara yang lebih baik supaya biodiversitas kita benar-benar terlindungi,” tambah Prof Ani.
Lebih lanjut, Guru Besar IPB University bidang Konservasi Satwa Liar itu menjelaskan, untuk memanajemen biodiversitas kita, ada cara unik yang telah kita lakukan. Cara-cara ini bisa dilihat dari upaya masyarakat lokal yang memiliki kearifan lokal dalam menjaga biodiversitas di kawasan masing-masing.
“Upaya manajemen biodiversitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal ini, saya rasa bisa menjadi panutan bagi negara-negara kepulauan lainnya yang memiliki ekosistem seperti kita,” pungkas Prof Ani.
One Response