Dr Mirza Dikari Kusrini, Co-Chair InSSG sekaligus Fellows CTSS IPB University menerangkan, IdSSG merupakan salah satu spesialis grup yang berada di bawah Species Survival Commission IUCN. Ia menerangkan, grup tersebut terdiri dari orang-orang yang menjadi volunteer terdidik. Tim ini mencoba melakukan dan menganalisis mengenai status kehidupan liar serta merencanakan supaya pengelolaan kehidupan liar yang lebih baik.
“Di bawah Species Survival Commission ini ada banyak sekali spesialis grup, ada yang berdasarkan takson seperti amphibian specialist group, snake specialist group, orchid specialist group, tetapi ada yang baru yaitu national specialist group,” kata Dr Mirza Dikari Kusrini, dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, 9/2.
Ia melanjutkan bahwa organisasi tersebut bersifat cair karena lebih kepada jaringan. Dengan demikian, selain belajar, tim juga dapat melakukan assessment terkait status keterancaman dari kehidupan liar yang dikenal sebagai redlist asssessment.
Sebagai specialist group yang baru, Dr Mirza bersama tim membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi masyarakat maupun ahli dan peneliti untuk menjadi anggota. Ia berharap, keberadaan IdSSG akan menjadi wadah yang bisa mengangkat peneliti dan pemerhati serta aktivis di bidang konservasi kehidupan liar di kancah global.
“Jadi ke depan kami ingin ada capacity building maupun training yang berhubungan dengan tools-tools yang digunakan oleh IUCN untuk menganalisis kehidupan liar, seperti membuat redlist, maupun konservasi suatu jenis,” katanya.
Ke depannya, kata dia, kami akan melakukan training serupa sehingga kita bisa melakukan assessment sendiri dan tidak bergantung pada assessment dari orang-orang luar negeri.
Dalam kesempatan berbeda, Prof Damayanti Buchori, Kepala CTSS IPB University mengucapkan terima kasih kepada tim yang telah memprakarsai IdSSG. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI yang telah mensupport sehingga CTSS menjadi sekretariat IdSSG.
“Bagi CTSS, ini merupakan kehormatan yang luar biasa karena pertama kali ini ada spesialis grup di tingkat nasional dan CTSS sebagai sekretariat,” kata Prof Damayanti Buchori.
Prof Damayanti menyebut, posisi ini cocok dengan CTSS sebagai pusat kajian yang memfokuskan diri pada isu-isu keberlanjutan. “Kita semua sangat paham betapa pentingnya spesies bagi keberlanjutan kehidupan ini,” katanya.
Ia berharap, ke depan CTSS dapat berkontribusi bersama IdSSG dalam upaya konservasi spesies di Indonesia dan dunia. “Semoga bisa saling membantu dan menjalankan sustainability ini bersama-sama,” pungkas Prof Damayanti Buchori.