Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University kembali menyelenggarakan Transdisciplinary Tea Talk, 15/1. Seri diskusi kali ini membahas tentang Dinamika Laut di Kepulauan Indonesia untuk Keamanan Energi dan Kesejahteraan.
Kepala CTSS IPB University, Prof Damayanti Buchori, menyampaikan seri Transdisciplinary Tea Talk di awal tahun 2024 difokuskan kepada isu air dan ini berkaitan dengan World Water Forum yang akan diselenggarakan di Bali mendatang. “Kita sudah tahu bahwa salah satu isu besar yang terkait dengan perubahan iklim ini memang air. Baik kepada akses kepada air maupun kejadian-kejadian bencana seperti hujan badai, banjir, termasuk di coastal area yang terjadi peningkatan permukaan air laut,” kata Prof Damayanti Buchori.
Prof Damayanti melanjutkan, isu-isu coastal maupun ocean sangat penting untuk dibahas mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Oleh karena itu, katanya, kami ingin ikut berkontribusi dalam peningkatan pemahaman mengenai isu-isu air ini.
Prof Indra Jaya, pakar Akustik Bawah Air dan Instrumentasi Kelautan IPB University menjelaskan bahwa laut di Indonesia terkoneksi antara satu laut dengan laut yang lain, maupun antara satu samudera dengan samudera yang lainnya. Oleh karena itu, katanya, keberadaan laut ini bersifat global dan tidak bisa kita lepaskan eksistensinya dari kehidupan.
“Kita tahu bahwa di laut terdapat fenomena yang disebut dengan pasang surut, fenomena ini nanti bisa kita jadikan sebagai salah satu sumber energi,” kata Prof Indra Jaya, dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Prof Indra menjelaskan, secara spasial, permukaan laut ada yang panas dan ada yang dingin sehingga disebut sebagai spasiotemporal. Fenomena ini akan mengakibatkan tekanan udara yang berbeda sehingga memicu adanya angin maupun gelombang dan arus laut. Gelombang dan arus laut ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan.
“Sesuai dengan bentang alam dan dinamika Kepulauan Indonesia, energi laut dapat dimanfaatkan pada perairan dangkal dalam bentuk energi pasang surut dan di laut dalam bentuk Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC),” kata Prof Indra Jaya.
Prof Indra Jaya menambahkan, perlu investasi di bidang research and development, kesiapan kebijakan dan regulasi serta sumberdaya manusia. Hal ini diperlukan dengan mempertimbangkan perkembangan tingkat kesiapan teknologi energi laut yang belum sepenuhnya di tingkat komersial dan berbagai tantangan yang ada.
“Kehadiran/Ketersediaan energi laut tidak hanya meningkatkan keamanan energi namun juga sangat potensial membangkitkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kepulauan,” kata Prof Indra Jaya.