The 11th Transdisciplinary Tea Talk A Series of Tea Talk on Pandemic and Society “Strategi Pertahanan dan Perjuangan Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Pandemi COVID-19”

Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi buruh migran diperlakukan layaknya barang atau komoditas. Beberapa migran bekerja pada jenis pekerjaan kotor, berbahaya, dan tidak manusiawi meski berketerampilan. Ia juga menjelaskan buruh migran kerap menjadi korban perdagangan manusia, pembunuhan, penganiayaan, pelecehan dan eksploitasi fisik, seksual, psikologi dan traficking.
The 10th Transdisciplinary Tea Talk “COVID-19 dan Bantuan Sosial: Pendekatan konsumsi dan problem reproduksi sosial”

Ruth Indiah Rahayu, Peneliti Research Center for Crisis and Alternative Development Strategies (INKRISPENA) dalam pemaparannya menjelaskan pandemi COVID-19 mampu mengungkap ketimpangan bahwa tidak semua negara dan wilayah akan terpengaruh sama. Artinya, faktor geopolitik dan kekayaan negara maupun wilayah memiliki peran penting di dalamnya.
The 9th Transdisciplinary Tea Talk “New Normal dan Urgensi Otonomi Daerah”

…
The 8th Transdisciplinary Tea Talk “Evolutionary Interaction: A Journey to Diversity and Life”

Center for Transdisciplinary and Sustainability Science, Lembaga Penerlitian dan Pengabdian Masyarakat (CTSS LPPM) IPB University kembali mengadakan diskusi Transdisciplinary Tea Talk, (28/7). Pada Seri ke delapan ini, materi yang dibahas adalah evolusi dan interaksinya dalam kehidupan dengan menghadirkan Prof Antonius Suwanto dan Prof Damayanti Buchori. Dalam pemaparannya, Prof Antonius Suwanto, Guru Besar IPB University bidang […]
The 7th Transdisciplinary Tea Talk “Pandemi COVID-19 dan Ekonomi Politik Pangan”

Munculnya pandemi saat ini kemungkinan terkait dengan sistem pangan global . Hal ini terjadi karena sistem pangan global umunya dilakukan secara monokultur, rantai pasok yang panjang, akses pangan yang tidak merata, tingginya angka deforestrasi, permasalahan kekeringan dan perubahan iklim.
The 6th Transdisciplinary Tea Talk “Masyarakat Desa dan Pandemi Covid-19”

Pandemic COVID-19, selain menimbulkan krisis juga memiliki kesempatan (opportunities). Diantaranya adalah memberikan kesempatan kepada desa untuk mengembangkan sistem pertanian yang sehat dan selaras alam. Krisis ini juga merupakan kesempatan untuk melahirkan generasi pembaharu.
The 5th Transdisciplinary Tea Talk “Sharing Experiences: Rimbang Baling in the Perspective of Sustainable Landscape Management”

Ada pula semacam kekhawatiran melihat perkembangan manusia; dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka justru menyebabkan rusaknya hubungan dengan alam. Budaya lokal seperti di Rimbang Baling justru diabaikan. Dalam konteks ini, maka pendekatan transdisiplin dan sustainability menjadi sangat diperlukan.
The 4th Transdisciplinary Tea Talk “Internalisasi Sustainable Development Goal’s (SDGs) di Perguruan Tinggi”

Secara aplikatif, konsep SDGs dapat diterapkan oleh mahasiswa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan di tingkat masyarakat tapak. Tidak hanya itu, konsep SGDs tersebut juga dapat dikenalkan melalui seminar seris bagi mahasiswa dan akademisi.
3rd Transdiciplinary Tea Talk “Benarkah Sosio-Ekologi dan Ekonomi Politik Sumber daya Alam Menjadi Kebutuhan untuk Paradigma Baru?”

Paradigma baru untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dapat mencakup ecological modernization, political ecology dan sustainability science. Ketiga cakupan tersebut diharapkan dapat mewakili dalam menghasilkan pendekatan-pendekatan baru terhadap permasalahan ekologi dan konflik ruang kehidupan.
2nd Transdiciplinary Tea Talk “From Quarks to Society: Understanding Emergent Properties, Complexity and The Inter-connectedness of Life”

Hasil dari penjelasan ketiga pakar ini adalah semakin banyak kita mengetahui, semakin banyak juga pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul. Disinilah peran ilmu transdisiplin yang mengkoordinasikan berbagai bidang ilmu di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan baru ini, sehingga dapat dihasilkan solusi-solusi baru yang dibutuhkan oleh umat manusia.