Diskusi ADReF ke-14 menyoroti peran penting pengetahuan lokal, seperti kalender Pranata Mangsa, dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan mendukung keberlanjutan pertanian.
Mohamad Ghofur, dosen dari Universitas Gadjah Mada yang hadir sebagai pembicara mengatakan, pengetahuan tradisional, seperti Pranata Mangsa, telah dimanfaatkan oleh petani Jawa secara turun-temurun untuk menentukan waktu tanam yang optimal berdasarkan pola cuaca. Ia menyebut, Kearifan lokal menyediakan tersebut solusi spesifik untuk tantangan regional dan dapat meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim.
“Integrasi indikator sosiologis dan klimatologis di masyarakat, terutama petani, dapat meningkatkan pemahaman tentang perubahan lingkungan dan kebutuhan pertanian,” kata Ghofur.
Menurutnya, kolaborasi antara tradisi lokal dan sains modern menciptakan solusi inovatif untuk pertanian berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena kearifan lokal menghadapi ancaman kepunahan, terutama di kalangan generasi muda.
Fellows CTSS itu menekankan, kita perlu melibatkan generasi muda dalam pelestarian tradisi sehingga dapat menjamin keberlanjutan kearifan lokal yang telah turun temurun itu. Ia juga menyebut, inovasi adaptif diperlukan agar praktik tradisional tetap relevan dengan perubahan lingkungan dan teknologi modern.
Prof Damayanti Buchori, Kepala CTSS IPB berpesan bahwa pengetahuan lokal berkontribusi pada hubungan yang harmonis antara manusia dan alam, sehingga mampu menciptakan praktik yang berkelanjutan. Ia menyebut, penghargaan terhadap kearifan lokal setara dengan ilmu pengetahuan Barat dapat meningkatkan kolaborasi dalam mencari solusi global.
