Kegiatan Afternoon Discussion on Redesigning the Future ke-15 membahas tantangan budaya dan ekonomi di Sumba, dengan fokus utama pada krisis pangan dan praktik tradisional. Diskusi kali ini menyoroti pentingnya merancang masa depan yang berkelanjutan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut, dengan menekankan peran budaya lokal dalam mengatasi kelangkaan pangan.
Paschalis Maria Laksono, yang hadir sebagai narasumber menerangkan bahwa upacara tradisional di Sumba, yang melibatkan pesta besar dengan penyembelihan hewan, mencerminkan hubungan kuat antara makanan dan adat sosial. Namun demikian, kemiskinan dan benturan antara ekonomi tradisional dan pasar modern menyebabkan ketegangan sosial di masyarakat.
“Salah satu perilaku masyarakat Sumba adalah sistem pertukaran atau barter sebagai bentuk transaksi jual beli. Sistem pertukaran ini meskipun dianggap tidak efisien, memiliki nilai moral yang mendalam,” kata Paschalis.
Ia melanjutkan, kemajuan ekonomi modern dan munculnya hutang di masyarakat mempengaruhi praktik ini dan meningkatkan pemborosan. Selain itu, masyarakat lokal juga dikenalkan dengan produk pangan baru yaitu beras. Hal tersebut menyebabkan gejolak di tingkat masyarakat karena tidak cocok dengan lingkungan Sumba.