CTSS IPB University Gelar Workshop Nasional Efektivitas Perdagangan dan Kerja Sama Internasional untuk Mendukung Kelestarian Hutan

Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB University menggelar workshop berjudul “Efektivitas Perdagangan dan Kerja Sama Internasional untuk Mendukung Kelestarian Hutan (Selasa, 10/8).
CTSS-IPB

Center for Transdisciplinary and Sustainability Science (CTSS) IPB University menggelar workshop berjudul “Efektivitas Perdagangan dan Kerja Sama Internasional untuk Mendukung Kelestarian Hutan (Selasa, 10/8). Workshop ini merupakan serial pertama dari ketiga workshop yang akan dilaksanakan, sebagai salah satu program kerjasama CTSS IPB University dengan Chatham House yang berpusat di London, Inggris Raya.

Prof Damayanti Buchori, Kepala CTSS IPB University, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan momen penting bagi CTSS IPB University sebagai Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transdisiplin, untuk bekerja sama dalam melakukan kajian terhadap tata kelola hutan di Indonesia. “Ada ketertarikan dari Chatham House terhadap CTSS IPB University untuk melakukan studi mengenai FLEGT SVA, sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), dan kaitannya dengan kelestarian hutan,” ujar Prof Damayanti Buchori.

Dalam kesempatan ini, Prof Damayanti juga menyampaikan, bahwa CTSS IPB University adalah pusat kajian yang berusaha melihat sustainability dari sudut pandang transdisiplin, dan hal demikian membuat CTSS tergerak untuk melihat isu FLEGT SVA dan SVLK melalui pendekatan transdisiplin.

“Pendekatan transdisiplin adalah sebuah metodologi yang dapat dikatakan masih baru, jadi kami masih belajar bersama-sama dan kegiatan workshop menjadi awal dari studi yang nanti akan dikawal oleh Prof Bramasto Nugroho dari IPB University,” tambah Prof Damayanti Buchori.

Dosen IPB University itu pun berharap, bahwa diskusi yang diselenggarakan kali ini, akan membawa kekayaan di dalam studi yang akan dilakukan selama satu tahun ke depan. Studi yang akan dilakukan oleh CTSS IPB University, yakni mengenai Strengthening Forest Governance: Preparing For The Next 10 Years dengan pendanaan dari Chatham House.

Pada workshop ini juga, Prof Bramasto Nugroho, sebagai ketua tim riset menjelaskan, CTSS IPB University bekerja sama dengan Chatham House bermaksud melakukan kajian untuk mencari ide-ide baru penguatan efektivitas bantuan internasional. Ia menjelaskan, ada tiga negara yang terlibat yaitu Indonesia, Kongo, dan Brazil.

“Masing-masing negara akan berkontribusi dalam pertukaran informasi, perspektif, pengalaman dan ide-ide baru serta didukung oleh serangkaian dialog-dialog internasional tentang hutan dan penggunaan lahan,” tambah Prof Bramasto Nugroho, Guru Besar IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan.

Nantinya, kata Prof Bambang, tiga negara tersebut akan melakukan penelitian tentang tata kelola hutan (forest governance), penggunaan lahan berkelanjutan (sustainable land use), dan mata pencaharian (livelihoods) dengan keleluasaan penuh pada country members dan berbasis partisipatoris serta open mind. Dosen IPB University itu menyebut, penelitian berfokus pada FLEGT-VPA dan REDD+.

“Penelitian ini nanti akan mengeksplorasi efektivitas kerja sama internasional dan perdagangan yang selama ini berjalan, inisiatif-inisiatif perbaikannya, dan ide-ide perbaikan bantuan untuk masa datang,” ujar Prof Bramasto Nugroho dalam workshop nasional Efektivitas Perdagangan dan Kerja Sama Internasional untuk Mendukung Kelestarian Hutan, Penggunaan Lahan, dan Mata Pencaharian Masyarakat, 10/8.

Hasil-hasil eksplorasi itu, lanjut Prof Bambang, akan digunakan untuk menyusun rekomendasi inisiatif kerja sama di masa depan untuk perbaikan tata kelola kehutanan baik untuk Indonesia maupun negara lain.

Prof Bramasto juga menjelaskan, workshop kali ini diselenggarakan untuk memperoleh gambaran yang akurat dari para pihak terkait dengan empat fokus utama. Pertama,  Efektivitas sertifikasi legalitas kayu (SLK) untuk mendukung Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL), penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat pada hutan negara dan hutan rakyat: Capaian, Tantangan dan Kebijakan Perbaikannya. Kedua, Dampak sertifikasi legalitas kayu (SLK) pada PHPL dan produksi lestari, penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat pada areal konsesi (hutan negara): Capaian, Tantangan dan Rekomendasi Perbaikannya. Ketiga, Efektivitas REDD+ pada penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat pada berbagai tipe alas hak hutan (adat, rakyat dan negara): Capaian, Tantangan dan Kebijakan Perbaikannya. Keempat, dampak sertifikasi legalitas kayu (SLK) dan REDD+ pada perubahan penggunaan lahan dan mata pencaharian masyarakat pada berbagai tipe alas hak hutan (adat, rakyat dan negara): Capaian, Tantangan dan Rekomendasi Perbaikannya.

Oleh karena itu, hasil dari workshop ini dapat memberikan sejumlah masukan berupa metodologi, fokus penelitian, kerangka kerja, maupun narasumber kunci yang mampu mendukung penelitian dalam tata kelola hutan di Indonesia; termasuk contoh yang dapat dipelajari lebih lanjut.

 

Keyword: tata kelola hutan, kehutanan, CTSS IPB, pendekatan transdisiplin, keberlanjutan

Kategori: SDGs-15, SDGs-17

Share

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp

3 Responses

  1. Menarik bicara tentang hutan. Dari hari ke hari hutan Indonesia semakin berkurang. Mudah2an workshop ini memberi masukan yg dpt meningkatkan kelestarian hutan Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *