10th Afternoon Discussion “The Amazing Vast Universe”

Profesor Husin Alatas, Sekretaris CTSS IPB University, menjelaskan, seri diskusi kali ini membahas tentang kosmologi. Ia menjelaskan, seri diskusi ini menjadi penutup bagi seri diskusi yang telah diselenggarakan sebelumnya.

CTSS IPB University bahas Kosmologi dalam Seri Afternoon Discussion on Redesigning the Future

Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University kembali menggelar Seri Afternoon Discussion on Redesigning the Future, 24/11. Seri kali ini membahas tentang kosmologi dengan mengundang Premana W Permadi dari Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB).

Profesor Husin Alatas, Sekretaris CTSS IPB University, menjelaskan, seri diskusi kali ini membahas tentang kosmologi. Ia menjelaskan, seri diskusi ini menjadi penutup bagi seri diskusi yang telah diselenggarakan sebelumnya.

“Nanti akan dilakukan diskusi panelis bersama dengan tema From Quarks to Quasar : Humanity at the cross roads. Pada diskusi ini akan mengundang seluruh pembicara pada seri ADReF dan akan mengundang berbagai ilmuwan,” kata Prof Husin Alatas, dosen IPB University dari Departemen Fisika.

Diskusi panelis tersebut, lanjut Prof Husin, sebagai wadah untuk melakukan refleksi bersama pada bulan Januari 2022 mendatang. Ia juga menjelaskan bahwa kehadiran seri diskusi ADReF berusaha memahami hakikat penciptaan manusia beserta visi misinya.

Sebagai narasumber, Premana Permadi menjelaskan bahwa manusia memiliki keterkaguman terhadap langit dan alam. Bahkan manusia terinspirasi dari keindahan langit dan alam.

“Pengetahuan manusia terhadap alam semakin terbuka sejak dilaksanakannya ekspedisi manusia ke bulan. Dari ekspedisi tersebut, manusia bisa melihat bumi dari refleksi yang berbeda,” kata Premana.

Dengan perkembangan teknologi, katanya, bumi akan terlihat kecil jika dilihat dari planet lain. Hal ini juga berlaku dengan planet lain apabila planet tersebut dipandang dari bumi.

Lebih lanjut, Premana juga menjelaskan, dalam mempelajari bintang-bintang di galaksi, dilakukan dengan memahami dan mempelajari faktor internal bintang-bintang tersebut. Ia menyebut, bintang yang ada saat ini memiliki karakter yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, bintang-bintang tersebut tidak hanya satu jenis saja.

“Salah satu yang perlu dipahami adalah pada level quantum, dimana proses-proses fisika menjadi proses fundamental dalam mempelajari semesta,” kata Premadani.

Pada saat yang sama, lanjutnya, manusia bisa mengenali dunia yang berbeda. “Ketika orang membicarakan kosmologi, tentang alam semesta, pikirannya adalah volume yang luar biasa,” tambah Premana.

Namun demikian, di dalam alam semesta, terdapat partikel terkecil yaitu elektron dan proton yang saling berinteraksi satu sama lain. Pada level galaksi, Premana menjelaskan bahwa setiap galaksi memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.

“Perbedaan tersebut dapat dilihat menggunakan teleskop dengan panjang gelombang yang berbeda. Dari hasil ini, akan didapatkan hasil karakter galaksi yang berbeda dan akan menunjukkan karakter yang berbeda sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan,” tambah Premana.

Terkait upaya manusia mencari planet bumi lain, Premana mengaku tidak akan mudah mencari planet yang seperti bumi. Hal ini karena bumi mengitari bintang yang jauh lebih terang dari dirinya. Dengan kata lain, bumi hanya memantulkan cahaya dari bintang lain.

Tidak hanya itu, faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam mencari pengganti bumi adalah ketersediaan air. Faktor lainnya adalah perlu memperhatikan proses evolusi planet yang ada.

“Dari sini kita belajar exoplanet itu penting untuk kita, jadi bukan hanya bertujuan mencari hunian planet baru tetapi lebih memahami bagaimana kondisi dan proses evolusi planet itu,” tambah Premana.

Bahkan, katanya, bumi juga mengalami evolusi sejak masa pembentukannya. Ia juga menyebut bahwa atmosfer saat ini bukan atmosfer dari awal pembentukan bumi, melainkan muncul dalam proses evolusi bumi.

“Proses-proses evolusi ini mengajarkan kepada kita bahwa semua proses tersebut sangat kompleks dalam kehidupan,” terang Premana.

Keyword: kompleks, planet, kosmologi, CTSS IPB, ADReF
Kategori: SDGs-4

Materi ibu Premana : null

 

 

Youtube :

Share

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *