Pendekatan Transdisiplin (TD) untuk Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan

Secara umum rangkaian proses kajian dapat dikatakan dimulai dari studi literatur (desk study) kemudian diikuti dengan elaborasi konsep TD dengan menggali tanggapan dari multipihak dan multiperspektif. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi para pihak di lokasi-lokasi model dan mengumpulkan input dari para pihak mengenai peluang pengelolaan lanskap secara terpadu serta tantangan-tantangan yang mesti dihadapi.

Membangun Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa Napu, Sumba Timur, NTT

peserta pelatihan menyampaikan bahwa Obyek Wisata yang ada di desa mereka adalah Pantai Larawali, Kampung Adat Napu, Padang Savana serta Tanjung Sasar. Untuk aksi yang akan ditampilkan pada beberapa obyek wisata tersebut adalah ritual pemanggilan penyu (“Hamanyang”), memancing, pemandangan mamalia laut, budidaya rumput laut, serta Tarian Adat Desa Napu.

Desa Palanggay, NTT: Membangun Ekowisata Berbasis Masyarakat

CTSS-Feature Image_Essay_776x400 (11)

Masyarakat di Desa Palanggay meyakini bahwa mereka sanggup dan pasti bisa untuk mengembangkan dan mengelola obyek wisata yang ada di desa mereka. Mereka memiliki harapan untuk mengembangkan wisata yang ada di Desa Palanggay sehingga bisa dikenal diseluruh Indonesia bahkan dunia

Pangolins in Wildlife Trade

CTSS-16

Pangolins are scaly mammals, with long tongues and have no teeth. There are 8 types of pangolin species spread all over Africa and Asia. Pangolin in Asia consists of 4 species; they are Chinese Pangolin, Indian Pangolin, Philippine Pangolin, and Sunda Pangolin (Manis Javanica). The Sunda Pangolin is the most widely distributed species in Southeast Asia [1] [2]. Pangolins live in lowland tropical rain forest habitats and ecosystems. Habitat and ecosystem damage is a threat to the existence of Pangolins. Threats to the existence of this species also come from the increasingly rampant hunting and trade of wildlife.