The 5th Transdisciplinary Tea Talk “Sharing Experiences: Rimbang Baling in the Perspective of Sustainable Landscape Management”
Ada pula semacam kekhawatiran melihat perkembangan manusia; dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka justru menyebabkan rusaknya hubungan dengan alam. Budaya lokal seperti di Rimbang Baling justru diabaikan. Dalam konteks ini, maka pendekatan transdisiplin dan sustainability menjadi sangat diperlukan.
The 4th Transdisciplinary Tea Talk “Internalisasi Sustainable Development Goal’s (SDGs) di Perguruan Tinggi”
Secara aplikatif, konsep SDGs dapat diterapkan oleh mahasiswa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan di tingkat masyarakat tapak. Tidak hanya itu, konsep SGDs tersebut juga dapat dikenalkan melalui seminar seris bagi mahasiswa dan akademisi.
3rd Graduate Student Monthly Sustainable Seminar “Peasants,Extension, Independent: Lesson from the Early History of Agriculture Development in Indonesia”
Sejarah pertanian dinilai penting karena pembangunan pertanian tidak terlepas dari sejarah pertanian itu sendiri. Di samping itu, bahwa petani menjadi inti dalam pembangunan pertanian sehingga tidak ada alasan untuk memarjinalkan para petani.
3rd Transdiciplinary Tea Talk “Benarkah Sosio-Ekologi dan Ekonomi Politik Sumber daya Alam Menjadi Kebutuhan untuk Paradigma Baru?”
Paradigma baru untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dapat mencakup ecological modernization, political ecology dan sustainability science. Ketiga cakupan tersebut diharapkan dapat mewakili dalam menghasilkan pendekatan-pendekatan baru terhadap permasalahan ekologi dan konflik ruang kehidupan.
1st Graduate Student Monthly Sustainability Seminar “Whose Progress? Ethno Development in Papua”
The standard mode of living as the universal parameter of modern development demonstrates culturalism prone to westernization. AS a result, the marginalization of cultural factors hindering the traditional community to direct the progress independently. Such condition is against the SDG’s leaving no one behind that puts inclusion at the core of sustainability. The ethnographic data of Papua is displayed to illustrate the socioecological contex and the impact of non-inclusive development.
2nd Transdiciplinary Tea Talk “From Quarks to Society: Understanding Emergent Properties, Complexity and The Inter-connectedness of Life”
Hasil dari penjelasan ketiga pakar ini adalah semakin banyak kita mengetahui, semakin banyak juga pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul. Disinilah peran ilmu transdisiplin yang mengkoordinasikan berbagai bidang ilmu di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan baru ini, sehingga dapat dihasilkan solusi-solusi baru yang dibutuhkan oleh umat manusia.
1st Transdiciplinary Tea Talk “Diskursus dan Praktik Pendekatan Lanskap: Pendekatan Transdisiplin dalam Lingkaran Politik”
Definisi pendekatan transdisiplin dengan pendekatan lanskap serupa – tidak ada satu definisi yang tepat, tergantung kepada persepsi orang yang meyakininya. Ibarat mendefinisikan surga, belum ada yang pernah pergi ke surga kemudian kembali dan menceritakan surga dengan tepat; demikian seloroh Prof Hariadi.